Actors Unlimited (AUL) dalam usia ke-10 menyuguhkan pementasan teater karya Bertolt Brecht “Ibu Pemberani dan Anak Anaknya yang Mati”, di G.K Sunan Ambu (30/09/09).
Naskah Jerman ini disadur bebas oleh sutradara Fathul A. Husein. Pementasan ini diselenggarakan dalam rangkaian acara “The first Invitation To The Theatre” STSI Bandung (28/09-30/10).
Pertunjukan “Ibu Pemberani dan Anak anaknya yang Mati” dipentaskan dengan bentuk teater realisme sosialis. Wajah ironis suasana perang dan kematian telah tampak dari adegan awal. Seperti saat adegan Ibu pemberani menarik gerobak dengan ketiga anak-anaknya yang terbujur kaku dengan kata-kata penyesalan.
Setting, detail, corak warna gelap, suara-suara dentuman kerap terdengar setiap adegan dan sesekali lantunan musik sarirosa mendukung suasana tragis sepanjang pertunjukan.
“Ibu Pemberani dan Anak anaknya yang Mati” membuka tabir sebenarnya. Perang, tidak hanya pelbagai persoalan tentara, pertarungan, kekalahan, kemenangan dan korban. Pementasan ini membuka dikotomi baru, dimana bisnis demi memenuhi rasa lapar ternyata dimanfaatkan dalam suasana perang.
Ibu pemberani (Retno Dwimarwati) bersama dua anaknya, Perkasa (Irwan Jamal) dan Jantan (Kemal Ferdiansyah) dan seorang anak perempuan, Laila (Zulfa Laila) melintasi medan peperangan dimana pun untuk berjualan dan mencari keuntungan.
Tiga kematian telah diramalkan Ibu Pemberani secara licik untuk menakuti anak anaknya. Celakanya, kematian memang memeluk Perkasa yang terbujuk makelar perang (Mohamad Sunjaya) untuk menjadi tentara dan mati dengan terjangan peluru. Jantan yang jujur pun tak kalah tertarik menjadi perwira keuangan lalu mati dengan sebelas peluru menancap di dada.
Tragisnya sang Ibu dalam tekanan tidak bisa mengakui mayat Jantan. Sedangkan Laila yang bisu direnggut kehormatannya oleh tentara dan ditembak saat sweeping besar-besaran. Tokoh seorang pelacur, Sepatu merah (Yani Mae) memberi bumbu dalam cinta, harga diri dan pengorbanan kepada Ibu pemberani.
Fathul A.Husein telah sukses mengemas pementasan dengan tragedi demi tragedi yang berkesinambungan membuat alur cerita mudah dicerna dan tidak tampak monoton. Setiap aktor memberikan keterlibatan elemen-elemen emosi rasa semangat, loyalitas, sedih, kehilangan dan tangis untuk menghadirkan suasana kehidupan dari wajah gelap perang secara nyata di atas ruang panggung.
Tak ayal, sekelumit pertanyaan memberondongi pikiran penonton seperti peluru, karena perang mempunyai daya tarik subjektif luar biasa, dari persoalan yang bernama bisnis dan perdagangan tetapi ternyata memberi efek luar biasa. Actors Unlimited kerap membuka mata pikiran dan hati, seperti persoalan realitas dalam kehidupan nyata layaknya perang disuguhkan di atas panggung teater untuk membenihkan paradigma baru dalam buah kritik dengan memandang sisi yang berbeda.
Perang tidak hanya soal kemenangan dan kekalahan, tetapi di dalamnya, begitu banyak hati yang perlahan kalah dan mati. Pesan nurani perdamaian itulah yang disampaikan selama dua jam pementasan.
Selasa, 01 Desember 2009
Browse » Home » » Actors Unlimited dan Kegetiran Perang
Actors Unlimited dan Kegetiran Perang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “Actors Unlimited dan Kegetiran Perang”
Posting Komentar