PERSONAL BLOG BAGUS VIRGIAWAN as Indonesian Blogger - http://bagusoutsiders.blogspot.com
SELAMAT DATANG DI BLOG PARA OUTSIDERS LADY ROSE DAN SENI BUDAYA, INDONESIA

Selasa, 01 Desember 2009

Kapitalisme di Mata 3 Pelukis

Lima kurcaci itu tertawa memperlihatkan gigi putihnya. Mereka tampak bercanda di antara dua buah dadu yang ukurannya jauh lebih besar. Para kurcaci yang digambarkan berambut panjang ini berdiri di atas sebuah papan yang penuh dengan angka-angka.

Berbeda dengan dadu pada umumnya, pada dadu ini, ada peta dunia. Peta berwarna merah putih itu tampak pada dua dadu itu di sisinya yang berbiji satu. Salah seorang di antara kurcaci itu menunjuk pada dadu tersebut.

Sekilas lukisan bertajuk “Dunia dalam Permainan” (Playing with The World) karya Ahmad Syahbandi ini memang terlihat jenaka. Namun, tidak perlu waktu lama untuk mengatakan lukisan cat minyak di atas kanvas itu ternyata sangat ‘cerewet’.

Karya itu merupakan pemahaman Ahmad kondisi perekonomian dunia saat ini. Buat dia, masalah kapitalisme liberal atau kekuatan pemodal sangat mengusiknya. Figur kurcaci yang digambarkan tertawa itu dia ibaratkan masyarakat pada umumnya. Mereka tidak sadar dan tetap gembira menjalani kehidupan atau menjadi bagian dari kapitalisme itu sendiri.

Hal serupa tampak dalam delapan lukisan lainnya yang dipajang di Bale Tonggoh, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung pada pameran “3 Menguak Asa”. Selain Ahmad, ada Masriel dan Zirwen Hazri yang ikut pameran sejak tanggal 14 hingga 31 Agustus 2009 ini.

Masriel, yang pernah menuntut ilmu di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta menjadikan kertas sebagai bagian penting dari tiga karyanya.

Lewat karya “The Gossip”, dia menggambarkan sebuah televisi yang terbuat dari kertas. Tepat pada bagian kacanya, ada dua presenter dalam gaya kartun. Agar menyerupai siaran televisi pada umumnya, di bagian bawahnya ada simbol berjalan seperti informasi saham, lengkap dengan tanda panah ke atas dan ke bawah.

Karya berikutnya yang menarik untuk dilirik adalah “Every Shoe Has its Own Story”. Lukisan akrilik di atas kanvas berukuran 165 sentimeter x 195 sentimeter itu tampak begitu nyata. Sepasang sepatu dari kertas yang menjadi obyek utama dalam karya itu seperti terpisah dari latarnya yang berupa peta dunia. Tepat di bagian alas sepatu itu, Masriel menggambarkan denah jalan dan sungai secara detil.

Asmudjo J. Irianto dalam esai pengantar pameran ini mengungkapkan karya-karya pelukis yang sempat menggelar pameran tunggal di tahun 2003 silam itu secara cerdik memanfaatkan seni lukis untuk ‘melindungi’ keremehtemehan obyek yang jadi pokok dalam lukisannya.
Pada karya “The Gossip”, Masriel seakan-akan ingin mengolok-olok siaran televisi. Buatnya, televisi kertas itu sesuatu yang tidak berharga. “Tidak bisa disangkal kalau televisi itu adalah ujung tombak kapitalisme,” tulis Asmudjo.

Menurutnya penggambaran televisi dan sepatu dari kertas itu mengajak kita untuk berpikir lebih dalam mengenai makna kertas. Kertas itu kerap ditengarai merefleksikan identitas peradaban atau kebudayaan. “Tentu saja, sepatu, dan kertas adalah representasi yang telak mengenai perjalanan manusia.”

Dari ketiga pelukis itu, bisa dibilang karya Zirwen Hazri yang paling tenang dari sisi visual. Asmudjo menyangka karena Zirwen hingga saat ini masih tinggal di Padang. Meski begitu bukan berarti karya lulusan bagian seni rupa Universitas Negeri Padang ini sepi dari pemaknaan.

Tengok saja karyanya bertajuk “Menopang Alam” yang menggambarkan seorang anak yang bercelana pendek tengah memanggul beban berupa batu dan pepohonan layaknya hutan. Dia ingin bercerita persoalan beban yang mungkin harus dipikul oleh anak cucu kita apabila sumber daya alam terus menerus diekploitasi demi kepentingan pemodal.

Asmudjo mengungkapkan karya ketiga seniman ini mengajak masyarakat lebih dalam memahami persoalan kebudayaan global. Karena saat ini tidak mungkin menolak dan melawan kapitalisme global. Salah satu solusinya adalah secara cerdas ikut bermain dan menjadi pemenang dalam persaingan global. “Paling tidak kita mampu menyaring pengaruh buruk,” tuturnya.

Comments :

0 komentar to “Kapitalisme di Mata 3 Pelukis”

Posting Komentar

  • Jelajah Indonesia
  • SUPERMAN IS DEAD

    RED MANGO INDONESIA

    SEKILAS PANDANG



    Saturday, December 5, 2009 = Denpasar (BEN n BERT ADRENALINE PARK Trial Games Competition). Tuesday, December 8, 2009 = Seminyak, Bali (Kudeta Staff Party (PRIVATE PARTY)

    Thursday, December 10, 2009 = Jakarta (MTV Studio Abbey Road)

    Saturday, December 12, 2009 = Jakarta (Perayaan Hari Hak Asasi Manusia 2009 "Menemuka...n Indonesia Dalam Perbedaan") Lokasi: TAMAN ISMAIL MARZUKI (TIM) Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat.



    PENGINGAT WAKTU

    SPESIFIKASI

     

    Followers

    Copyright © 2009 by Bagus Virgiawan
    Themes : Magazine Style by Blogger Magazine